PROVINSI SUMATERA BARAT
DAN KEBUDAYAANNYA
SUMATERA BARAT
adalah salah satu dari provinsi yang ada di Negara Indonesia ini yang terletak
di pulau Sumatera. Ibu kota dari provinsi ini adalah kota padang. Sesuai dengan
namanya, wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian
tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi
dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, danBengkulu.
Sumatera Barat berpenduduk sebanyak
4.845.998 jiwa dengan sebagian besar beretnis Minangkabau yang seluruhnya beragama Islam, sedangkan sisanya tidak semuanya
memeluk Islam. Provinsi ini terdiri dari 12kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif
sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecualikabupaten Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari—sebelumnya pada tahun 1979 diganti dengan desa, kemudian sejak 2001 dikembalikan ke nama semula.
A. Suku bangsa masyarakat Sumatera barat
Mayoritas penduduk Sumatera Barat
merupakan suku Minangkabau.
Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di
beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi seperti di (Sitiung,Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa.
Sebagian di antaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada
masa akhir tahun 1950-an. Oleh Presiden Soekarnosaat
itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak
lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI di Provinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu.
Selain itu juga terdapat beragam suku nusantara lainnya yang masuk pasca
kemerdekaan sebagai perantau dan pekerja di berbagai bidang.
B. Agama yang dianut
Masyarakat sumatera barat mayoritas
menganut Agama Islam sekitar 98% penduduk Sumatera Barat menganut Agama Islam,
yang kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau.
Selain itu ada juga yang beragama Kristen terutama di kepulauan Mentawai sekitar 1,6%, Buddha sekitar 0,26%, dan Hindu sekitar 0,01%, yang dianut oleh
penduduk bukan orang Minangkabau.
Berbagai tempat ibadah yang dapat dijumpai di setiap
kabupaten dan kota di Sumatera Barat didominasi oleh masjid dan musala. Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di kota Padang yang saat ini pembangunannya masih
dalam tahap pengerjaan, sedangkan masjid tertua di antaranya adalah Masjid Raya Ganting di kota Padang dan Masjid Tuo Kayu Jao di kabupaten Solok.
Arsitektur khas Minangkabau mendominasi baik bentuk masjid maupun musala.
Masjid Raya Sumatera Barat memiliki bangunan berbentuk gonjong, dihiasi ukiran
Minang sekaligus kaligrafi. Ada
juga masjid dengan atap yang terdiri dari beberapa tingkatan
yang makin ke atas makin kecil dan sedikit cekung.
C. Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang
memiliki beberapa dialek, seperti
dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang
berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek
Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai.
D.
Tarian Tradisional
Secara
garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnisMinangkabau dan etnis Mentawai.
Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama islam keunikan
adat matrilineal dan kebiasanmerantau masyarakatnya juga
memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di
antaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari
Payung dan Tari
Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas
etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang
disebut silek dengan tarian, nyanyian
dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai.
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai
disebut Turuk Laggai.
Tarian Turuk
Langai ini
umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan
dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam,
tari ular dan sebagainya
E. Rumah
Adat Sumatera barat
Seperti yang sudah banyak diketahui
bahwa rumah adat dari provinsi Sumatera Barat adalah Rumah gadang sebagai rumah
adat bagi suku minang kabau. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh
masyarakat setempat dengan nama Rumah
Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah
Baanjung.
Rumah dengan model ini juga banyak
dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun
demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan
rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagarisaja Rumah
Gadang ini boleh didirikan.
Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau,
rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau
Minangkabau.
FUNGSI rumah gadang adalah Rumah Gadang sebagai
tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar
bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan
dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara
perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis
remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian dalam Rumah Gadang
merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang.
Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang
berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar,
sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua,
tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan
sebelas.
Rumah Gadang biasanya dibangun diatas
sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun
temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan
pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua
buah bangunan Rangkiang,
digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan
sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai
tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah
Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang.
Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di
bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal
ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu
golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang
memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung
di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun
sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat
ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki
dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
Dalam kehidupan sehari-hari, rumah gadang memiliki
fungsi-fungsi tersendiri, fungsi tersebut adalah:
1.Fungsi Adat
Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu:
1.Fungsi Adat
Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu:
- Turun
Mandi
- Khitan
- Perkawinan
- Batagak
Gala (Pengangkatan Datuak)
- Kematian
Fungsi-fungsi di atas dapat disebut juga fungsi temporer
yang berlangsung pada suatu rumah gadang, karena kegiatan tersebut tidak
berlangsung setiap hari dan berlangsung pada waktu-waktu tertentu saja.
2.Fungsi Keseharian
Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.
Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung. Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini, disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.
2.Fungsi Keseharian
Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.
Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung. Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini, disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.
Pembagian ruang didalam rumah gadang adalah:
- Publik, yaitu ruang tamu atau ruang
bersama yang merupakan sebuah ruangan lepas tanpa adanya pembatas apapun.
- Semi
Privat,
yaitu ruang peralihan seperti bandua yang terdapat didepan kamar tidur
serta anjuang (ruang khusus) yang terdapat pada bagian ujung-ujung rumah
gadang yang dapat kita temukan pada beberapa jenis rumah gadang.
- Privat, yaitu kamar-kamar tidur yang
terdapat di dalam rumah gadang yang dahulunya berdasarkan kepada jumlah
anak gadis yang dimiliki oleh sipemilik rumah.
- Servis, yaitu dapur yang pada
dahulunya merupakan dapur tradisional yang masih menggunkan kayu sebagai
bahan bakarnya .
Beberapa karakteristik dari arsitektur rumah gadang dapat
kita lihat,
- Tingkat
/ derajat kespesifikan budaya atau tempat.
Rumah gadang merupakan bangunan khas daerah Sumatera Barat, seperti yang tertulis pada buku Rumah Gadang Arsitektur Tradisional Minangkabau, bahwa arsitektur bangunan rumah gadang merupakan peninggalan tidak tertulis yang sampai pada kita, yang merupakan ciri dari kebesaran kebudayaan minangkabau masa lalu. Betapapun perubahan itu terjadi, namun arsitektur bangunan rumah gadang yang dapat kita saksikan sekarang adalah merupakan pengaruh langgam bangunan masa lampau.
Seperti yang juga disebutkan oleh Turan dalam Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, jadi bangunan rumah gadang merupakan bangunan yang lahir pada masyarakat minangkabau dan memang berjangkar pada kebudayaan masyarakat minangkabau itu sendiri. - Tinjauan
terhadap model, denah, morfologi dan spesifikasi bangunan, hubungan antar
elemen serta kompleksitas bangunan berdasarkan tempat dimana sebuah
bangunan tersebut berada.
Secara garis besar model rumah gadang terbagi atas dua kelompok besar yang dibagi berdasarkan kepada dua kelarasan atau hukum adat yang berlaku didalam masyarakat minangkabau.
Kedua sistem kelarasan itu adalah:
•Sistem kelarasan Koto Piliang
Ciri dari model rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan Koto Piliang ini adalah memiliki anjuang yang terdapat pada bagian kiri dan bangunan. Anjungan merupakan tempat terhormat didalam suatu rumah gadang yang ditinggikan beberapa puluh sentimeter dari permukaan lantai bangunan.
•Sistem kelarasan Bodi Caniago.
Sedangkan pada rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan Bodi Caniago tidak mengenal istilah anjuang. Jadi bagian lantai rumah gadang mulai dari bangian ujung sampai pangkal mempunyai ketinggian lantai yang sama.elemen-elemen bangunan dalam rumah gadang itu dapat juga kita bagi menjadi 2 bagian utama, yaitu:
a. Halaman suatu rumah gadang merupakan sebuah rumah terbuka yang penting bagi suatu rumah gadang, biasanya sebuah halaman pada rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara pada sebuah kekerabatan.Elemen-elemen yang terdapat pada sebuah halaman rumah gadang adalah:
Rangkiang
Rangkiang merupakan suatu bangunan yang
terdapat dihalaman sebuah rumah gadang yang berbentuk bujur sangkar dan diberi
atap ijuk bergonjong yang berfungsi sebagai lumbung tempat penyimpanan padi
yang didirikan di depan rumah gadang.
Menurut A.A. Navis (1984) terdapat beberapa jenis rangkiang pada suatu rumah gadang, diantaranya yaitu:
Menurut A.A. Navis (1984) terdapat beberapa jenis rangkiang pada suatu rumah gadang, diantaranya yaitu:
- Sitinjau
lauik :: Rangkiang jenis ini merupakan rangkiang tempat penyimpanan padi
yang akan dijual untuk membeli keperluan rumah tangga yang tidak dapat
dibuat atau dikerjakan sendiri.
- Sibayau-bayau
:: Rangkiang jenis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi yang
akan digunakan untuk keperluan sehari-hari.
- Sitangguang
lapa :: Merupakan jenis rangkiang yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan padi yang akan dipergunakan sebagai cadangan pada masa
paceklik tiba.
- Rangkiang
kaciak :: Rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang
akan digunakan sebagai benih dan biaya pengerjaan penanaman sawah pada
masa tanam berikutnya.
- Tabuah
larangan :: Merupakan sebuah bangunan berbentuk persegi panjang, beratap
ijuk dan bergonjong untuk menempatkan bedug yang terbuat dari kayu
panjang. Biasa digunakan sebagai alat untuk memberikan tanda pada saat
bahaya atau pemberitahuan pada saat ada suatu acara.
Lasuang dan alu.
Merupakan alat kelengkapan suatu rumah gadang yang biasa digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi.
Dapur
Daerah servis pada rumah gadang yang biasanya juga merupakan bagian dari rumah, tetapi pada sebagian rumah gadang dapur biasanya terpisah dari rumah gadang.
Merupakan alat kelengkapan suatu rumah gadang yang biasa digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi.
Dapur
Daerah servis pada rumah gadang yang biasanya juga merupakan bagian dari rumah, tetapi pada sebagian rumah gadang dapur biasanya terpisah dari rumah gadang.
b. Elemen-elemen
bangunan yang terdapat pada suatu rumah gadang adalah:
•Tangga
tangga pada sebuah rumah gadang terbuat dari bahan material kayu dan biasanya diawali dengan sebuah batu alam yang datar, biasanya jumlah anak tangga ini berjumlah ganjil, seperti 5, 7 dan 9.
•Tiang
Ada berbagai nama dan jenis tiang pada suatu rumah, pemberian nama pada setiap tiang pada suatu rumah gadang tersebut disesuaikan dengan fungsi dan letaknya pada rumah gadang.
•Balok
Merupakan pengikat antara tiang dengan tiang pada suatu rumah gadang yang membujur pada bagian atas maupun pada bagian bawah tiang.
tangga pada sebuah rumah gadang terbuat dari bahan material kayu dan biasanya diawali dengan sebuah batu alam yang datar, biasanya jumlah anak tangga ini berjumlah ganjil, seperti 5, 7 dan 9.
•Tiang
Ada berbagai nama dan jenis tiang pada suatu rumah, pemberian nama pada setiap tiang pada suatu rumah gadang tersebut disesuaikan dengan fungsi dan letaknya pada rumah gadang.
•Balok
Merupakan pengikat antara tiang dengan tiang pada suatu rumah gadang yang membujur pada bagian atas maupun pada bagian bawah tiang.
•Ruang
Ruang atau space pada suatu rumah gadang merupakan ruangan yang terbentuk oleh deretan tiang-tiang yang membujur didalam rumah gadang tersebut
•Bilik
Bilik merupakan daerah privat bagi penghuni suatu rumah gadang, bilik pada pangkal rumah gadang dihuni oleh orang tua dan anak-anak gadis yang belum menikah sedangkan bilik yang terdapat pada ujung rumah gadang dihuni oleh pasangan pengantin.
•Dinding
Dinding pada rumah gadang terbagi atas tiga bagian, yaitu dinding depan, dinding sasak, serta dinding samping. Secara umum dinding pada rumah gadang tersebut terbuat dari anyaman bambu yang diikat oleh papan-papan sebagai tulangannya.
•Atap
Atap sebuah rumah gadang biasanya terdiri dari ijuk, walaupun pada masa sekarang penggunaan bahan ijuk ini sudah marak diganti dengan penggunaan material seng.
•Gonjong
Gonjong merupakan ciri khas dari rumah tinggal tradisional masyarakat minangkabau, sehingga rumah tinggal masyarakat minangkabau ini juga dikenal dengan istilah rumah bagonjong.
Prinsip dari pembangunan rumah gadang adalah menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Material utama yang digunakan pada bangunan rumah gadang merupakan material kayu yang banyak terdapat disekitar lokasi dimana bangunan tersebut akan didirikan. Serta memunculkan warna-warna alami dalam pemakaiannya.
Masyarakat minangkabau merupakan masyarakat yang hidup secara komunal atau berkelompok, serta memiliki ikatan kekerabatan yang kuat. Hal ini tercermin dari terdapatnya open space atau ruang terbuka yang terdapat pada setiap kelompok atau group fasilitas hunian mereka (rumah gadang) yang merupakan wadah untuk tempat bersosialisasi bagi masyarakatnya.
Sebuah rumah gadang merupakan sebuah produk arsitektur yang muncul dan berkembang pada masyarakat minangkabau. Tidak ada bangunan lain yang terdapat di indonesia khususnya yang memiliki tipologi bangunan yang benar-benar identik dengan rumah gadang yang seperti terdapat pada rumah adat Sumatera Barat ini. Seperti halnya dalam penggunaan elemen atap, merupakan transformasi bentuk gonjong yang didesain bertingkat dan memiliki ratio tertentu dalam sudut dan ketinggiannya yang mana hal ini tidak akan ditemukan pada produk arsitektur daerah lain yang terdapat di indonesia.
Ruang atau space pada suatu rumah gadang merupakan ruangan yang terbentuk oleh deretan tiang-tiang yang membujur didalam rumah gadang tersebut
•Bilik
Bilik merupakan daerah privat bagi penghuni suatu rumah gadang, bilik pada pangkal rumah gadang dihuni oleh orang tua dan anak-anak gadis yang belum menikah sedangkan bilik yang terdapat pada ujung rumah gadang dihuni oleh pasangan pengantin.
•Dinding
Dinding pada rumah gadang terbagi atas tiga bagian, yaitu dinding depan, dinding sasak, serta dinding samping. Secara umum dinding pada rumah gadang tersebut terbuat dari anyaman bambu yang diikat oleh papan-papan sebagai tulangannya.
•Atap
Atap sebuah rumah gadang biasanya terdiri dari ijuk, walaupun pada masa sekarang penggunaan bahan ijuk ini sudah marak diganti dengan penggunaan material seng.
•Gonjong
Gonjong merupakan ciri khas dari rumah tinggal tradisional masyarakat minangkabau, sehingga rumah tinggal masyarakat minangkabau ini juga dikenal dengan istilah rumah bagonjong.
Prinsip dari pembangunan rumah gadang adalah menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Material utama yang digunakan pada bangunan rumah gadang merupakan material kayu yang banyak terdapat disekitar lokasi dimana bangunan tersebut akan didirikan. Serta memunculkan warna-warna alami dalam pemakaiannya.
Masyarakat minangkabau merupakan masyarakat yang hidup secara komunal atau berkelompok, serta memiliki ikatan kekerabatan yang kuat. Hal ini tercermin dari terdapatnya open space atau ruang terbuka yang terdapat pada setiap kelompok atau group fasilitas hunian mereka (rumah gadang) yang merupakan wadah untuk tempat bersosialisasi bagi masyarakatnya.
Sebuah rumah gadang merupakan sebuah produk arsitektur yang muncul dan berkembang pada masyarakat minangkabau. Tidak ada bangunan lain yang terdapat di indonesia khususnya yang memiliki tipologi bangunan yang benar-benar identik dengan rumah gadang yang seperti terdapat pada rumah adat Sumatera Barat ini. Seperti halnya dalam penggunaan elemen atap, merupakan transformasi bentuk gonjong yang didesain bertingkat dan memiliki ratio tertentu dalam sudut dan ketinggiannya yang mana hal ini tidak akan ditemukan pada produk arsitektur daerah lain yang terdapat di indonesia.
Asiktektur rumah gadang ini Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun
namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk
empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. Dari
bagian dari depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya
bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan
belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan
rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan, dan setiap
elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya
masyarakat setempat.
Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai
satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah
pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Selanjutnya ukiran-ukiran yang ada
pada rumah gadang ini adalah Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari
bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal,
sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi
penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan
letak papan pada dinding Rumah Gadang.
Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang
merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar ataupersegi.
Motifnya umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.
Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar
berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau
ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.
Disamping motif akar, motif lain yang
dijumpai adalah motif geometri bersegi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bungaatau buah dapat juga diukir tersendiri atau
secara berjajaran.
Rumah Gadang biasanya dibangun di atas
sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun
temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun
sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat
ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk
empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya
berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti
berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk
sebelum berganti dengan atap seng. Rumah
Bagonjong ini
menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek
moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah
tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat
sebagai pengikat.
Sementara etnis Mentawai juga memiliki
rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah
mencapai satu meter yang disebut denganuma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh
lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku,
tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
SUMBER:
helena-hapsari.blogspot.com/2010/01/rumah-gadang.html